Giriwoyo – Lima lokasi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Pidekso, Kecamatan
Giriwoyo masih wingit (Angker). Banyak orang sering memakainya untuk kegiatan
ritual. Kelima lokasi ini meliputi Watu Amben, Watu Langkah, Song Putri, Song
Bathok dan Watu Tinatah.
Dipercaya,
lokasi ini terbentuk lantaran daya cipta jaman para wali yakni Sunan Kalijaga.
Ada pula cerita heroik kepahlawanan Jenderal Sudirman di masa penjajahan
Belanda.
Untuk
mencapai satu lokasi ke lokasi berikutnya, kita hanya bisa berjalan kaki
menyusuri tepian sungai. Kendaraan hanya bisa sampai di Desa Pidekso.
Dari
Kota Kecamatan Giriwoyo, berjarak sekitar 10 kilometer arah timur. Sesampainya
di Desa Pidekso, medan yang akan dilalui cukup ekstrim. Selain menyusuri tepian
sungai, pengunjung harus melintas bebatuan terjal.
“Dari
cerita para sesepuh dulu, lokasi ini merupakan petilasan Sunan Kalijaga dan
juga Penembahan Senopati. Bahkan di lokasi itulah Panembahan Senopati melakukan
ritual Topo Ngrame atau semedi,” tutur pakar spiritual muda, Rani Mahesa, Jumat
(25/3).
Dia
membeberkan, dalam perjalanan wisata gaib yang ia pernah lakoni di tempat
tersebut, kelima lokasi ini memiliki daya magis tinggi. Di lokasi pertama yakni
Watu Amben atau ranjang, konon Sunan Kalijaga dan Penembahan Senopati
melaksanakan ibadah salat.
Kala
itu, Sunan Kalijaga tengah dalam perjalanan syiar agama Islam di wilayah timur
yakni di Gunung Gedhe. Kemudian Song
Bathok, Song atau kerap disebut gua ini terletak di bibir jurang batu yang
berdiri disepanjang sungai Pidekso. Gua tersebut juga diyakini memiliki aura yang menyejukkan.
Selanjutnya,
Watu Langkah dan Song Putri. Bebatuan ini juga diyakini menyimpan sejarah.
“Dari
Watu Amben kita naik lagi ke atas, yakni menuju Watu Tinatah. Lokasi ini daya
magisnya sangat tinggi sekali. Bahkan masih kerap muncul penampakan sosok-
sosok gaib yang berpakaian adat Jawa,” ungkapnya.
Diceritakan,
Watu Pinatah sendiri merupakan sebuah batu besar yang terdapat guratan seperti
bekas pahatan,dengan lebar ukuran sejengkal tangan orang dewasa.
“Ceritanya,
saat Kanjeng Sunan hendak berangkat menuju Gunung Gedhe, batu tersebut
menghalangi jalan keduanya. Dengan karomah yang diberikan Allah kepada Sunan
Kalijaga, kemudian dengan tongkatnya, batu tersebut dikikis untuk membuat
jalan, dan akhirnya terciptalah sebuah jalan setapak di atas batu besar itu,”
jelasnya.
Di
jaman penjajahan kolonial Belanda, lokasi- lokasi ini dijadikan tempat
persembunyian Jenderal Sudirman pada masa perang gerilya.
Kebanyakan,
pelaku ritual yang kerap sering singgah berasal dari Solo, Yogyakarta dan dari
Jakarta. Seiring waktu berjalan, dengan adanya pembangunan Waduk Pidekso,
lokasi tersebut nantinya bakal tenggelam.
“Di
tempat itu biasanya digunakan sebagai tempat ngalap berkah, untuk memohon
pangkat, derajat dan bahkan untuk kadigdayan,” ujarnya.
Dikutip dari : http://www.timlo.net/
Masukan gan dari pada di bikin waduk mending buat wisata alam share ke sosmed
BalasHapus