Wonogiri ~ (infogiriwoyo.com), Memasuki Bulan Agustus dan September, sejumlah kecamatan di
Kabupaten Wonogiri biasanya menghadapi kekeringan dan krisis air bersih.
Berbeda dengan tahun ini, meski memasuki musim kemarau tapi hujan masih sering
turun. Dengan begitu fenomena kemarau basah saat ini berdampak positif terhadap
kekurangan air bersih.
“Sebenarnya masuk bulan Agustus, kekeringan sudah terjadi di
kawasan selatan Wonogiri seperti Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan
Paranggupito, Kecamatan Giritontro dan Kecamatan Giriwoyo. Karena sampai saat
ini masih turun hujan, krisis air di daerah-daerah tersebut tidak terjadi,”
ujar Sumarjo, Direktur Utama PDAM Giri Tirta Sari, Jumat (17/09/2016).
Menurutnya, fenomena alam ini tentu sangat menguntungkan bagi
masyarakat Wonogiri yang menggunakan
jasa layanan air bersih PDAM. “Ya ini tentu menguntungkan bagi
kami, karena sumber Sungai Bengawan Solo tidak mengalami penurunan debit air,”
tutur Sumarjo.
Dia menjelaskan, di musim kemarau pihaknya pun tidak menjamin
pasokan air lancar bagi para pelanggan bahkan di kawasan Wonogiri kota
sekalipun. “Kalau kemarau seperti biasanya kami harus menggilir pasokan air.
Kecamatan Selogiri di Desa Gemantar dan Lingkungan Wonokarto, Kecamatan
Wonogiri daerah dekat RSPD sering terkena dampak dari penggiliran air,” kata
Sumarjo.
Hanya mengandalkan air sungai Bengawan Solo tentu pihaknya harus
pintar mengatur suplai air ke seluruh wilayah di Wonogiri yang terdiri dari 25
kecamatan. “Berbeda dengan Kabupaten Karanganyar yang mempunyai banyak sumber
air. Kita hanya menggunakan air dari
sungai Bengawan Solo,” tandas Sumarjo.
Disisi lain bagi petani melon dan tembakau musim kemarau basah merupakan masa tanam yang menghawatirkan, di karenakan biasanya untuk kedua jenis tanaman ini paling cocok di tanam saat musim kemarau. di Giriwoyo sendiri saat ini banyak petani yang beralih menanam tembakau khususnya di desa Tawangharjo atau melon dibandingkan menanam jagung atau jenis palawija yang lain karena hasil penjualan yang sangat menggiurkan.
Sebagai contoh tembakau jika sudah panen harga jual perkilonya bisa mencapai Rp. 23.000,00 hingga Rp. 35.000,00 tergantung dari jenis mutu dan kualitasnya, sedangkan Harga melon super bisa mencapai Rp 8000 per kilogram. Jauh apabila dibandingkan dengan harga Gaplek yang berkisar Rp. 800 - Rp. 1000, atau Jagung yang juga berkisar Rp. 3000 - Rp. 3.400.
Memang musim kemarau basah saat ini berdampak positif untuk wilayah yang biasanya kekeringan dan kesusahan air bersih sebagai contoh daerah Guwotirto dan Girikikis yang setiap musim kemarau dapat dipastikan kekurangan air bersih. karena kemarau basah sampai saat ini sumber- sumber mata air masih mengeluarkan airnya. Lain halnya bagi petani melon dan tembakau musim kemarau basah bisa mengurangi hasil dan kualitas panen saat- saat sekarang ini. [SAN]
Tidak ada komentar:
Write komentar